KERANDA
Oleh: Geesha Andika
Wanita itu duduk di
depan jendela, memandangi pohon-pohon yang tumbuh tak beraturan di depan
rumahnya. Bayangannya sedikit terpantul pada kaca gelap. Kulitnya masih halus,
sehalus saat dia masih gadis perawan. Matanya masih tajam, setajam saat dia
memilih gerabah di pelabuhan dulu. Dan rambutnya masih hitam, sehitam saat dia
berjumpa untuk pertama kalinya dengan sang suami.
Suara langkah kaki
memasuki telinganya, berbarengan dengan lirih isakan. Sekerumun orang
berpakaian serba hitam berjalan. Di barisan depan, beberapa orang pria memandu
sebuah keranda dengan pelapis kain hijau.